Suatu Bulan di Suatu Malam.

/
1 Comments
Ini adalah cerita tentang suatu bulan yang terjaga jumawa di suatu malam. Ini adalah sepotong pejalanan bulan yang tanpa sengaja kusimpan di angan dalam-dalam..

Beberapa malam lalu, aku hanya beberapa jengkal berjarak dengan bulan. Mungkin hanya beberapa langkah, mungkin hanya beberapa rentang. Tanganku serasa mampu memetiknya dari langit dalam satu kali jinjit.
Malam itu, bulan jumawa sendiri menerangi, tak ada bintang, tak pula awan. Dia sendirian. Dan seketika, bulan terlihat lebih menawan, entah bagaimana, entah mengapa dia bisa....

Bulan sendirian.
Dan, dia justru terlihat menawan.

Lalu bulan menarik diriku bercermin pada 'diriku'. Diriku yang kini sendirian.
Apakah kesendirianku mampu semenawan bulan?
Entah bagaimana, bagiku sendirian selalu lebih menyeramkan dari malam. Sendirian selalu serupa mimpi buruk yang membayangi dari balik selimut. Sendirian selalu berada dalam makna yang tidak menyenangkan.
Tapi, tidak malam itu.
Bukankah kesendirian justru memberimu ruang untukmu mendengar dia yang tadinya tak terdengar, dia yang tadinya terabaikan, yang ada lebih dekat dari urat lehermu sendiri?
Coba aku ingat-ingat....
Ketika sendiri, kita belajar untuk tidak serakah, memikirkan dan merasakan diri sendiri, mengenalinya.
Ketika sendiri, kita mampu mendengarkan apa yang sebenarnya kita mau, tanpa melulu merisaukan suara-suara lain.
Bukankah begitu?
Karena seharusnya, ketakutan akan sendiri bukanlah alasan yang tepat untukmu bisa menggandeng tangan orang lain...

Manusia datang sendirian, dan kelak akan pergi sendirian.
Bagaimana mungkin kita ketakutan akan sesuatu yang telah ditetapkan?


You may also like

1 komentar:

  1. kerenn kk, ijin copy buat diposting di blog aku yaa ka? klo ada waktu, bisa mampir ke blog http://usaginohanashi.blogspot.com/ :)

    BalasHapus